di blog saya kali ini, saya akan membahas tentang budaya dimana saya berasal. Keluarga saya berasal dari Ambon, Maluku. Maka dari itu saya akan membahas budaya Maluku, terkhususnya yang ada di Kota Ambon.
Pela adalah mata rantai penghubung yang terkuat antara masyarakat Muslim dan masyarakat Kristen; dan satu-satunya lembaga tradisional yang mengharuskan adanya kontak teratur antara dua kelompok di tingkat desa, dan dalam pela inti persaudaraan diuji secara berkala.
Pela berasal dari kata "pila" yang berarti "buatlah sesuatu untuk bersama".Sedangkan bila ditambah dengan akhiran–"tu" menjadi "pilatu", artinyamenguatkan usaha agar tidak mudah rusuh atau pecah. Hubungan pela ini biasanya terjadi karena adanya peristiwa yang melibatkan kedua kepala kampung atau desa dalam rangka saling membantu.
Dikatakan demikian karena pela ini ditetapkan melalui sumpah para leluhur kedua belah pihak dengan cara minum darah yang diambil dari jari-jari mereka yang dicampur dengan minuman keras lokal dari satu gelas. Hal ini mematerikan sumpah persaudaraan untuk selama-lamanya. Anggota pela ini dituntut untuk tidak saling menikah dan saling membantu atau memikul beban.
Panas Pela adalah suatu kegiatan yang dilakukan setiap tahun antara desa yang telah sama-sama mengangkat sumpah dalam ikatan pela untuk mengenang kembali peristiwa angkat pela yang terjadi pada awalnya.
Rumah Adat “Baileo” berasal dari bahasa Maluku yang berarti Balai. Sesuai namanya, rumah adat ini memang bukan difungsikan sebagai tempat tinggal masyarakat Maluku, namun lebih dikenal sebagai balai adat tempat dilangsungkannya beragam upacara adat, pertemuan adat, dan kegiatan keagamaan. Desain rumah yang tidak berdinding mempunyai makna keterbukaan masyarakat Maluku terhadap segala perubahan dan serta membuat roh nenek moyang bisa leluasa masuk dan keluar rumah. Lantai rumah dibuat lebih tinggi dari tanah agar roh nenek moyang dapat diberi tempat dengan derajat yang lebih tinggi di sisi Tuhan.
A.IDENTIFIKASI BUDAYA AMBON
Ambon adalah sebuah suku yang mendiami daerah kepulauan yang sekarang terletak di Provinsi Maluku. Nama Maluku sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yakni al-muluk. Penamaan tersebut dikarenakan yang membuat peta daerah Maluku adalah para sarjana geografi Arab. Tetapi setelah Belanda masuk, kata tersebut dirubah menjadi Maluku.Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melania Pasifik, yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudera Pasifik. Sementara itu suku pendatang kebanyakan berasal dari daerah Buton , Makassar, Bugis, Cina dan Arab. Maluku juga memiliki ikatan tradisi dengan bangsa-angsa kepulauan pasifik seperti bahasa, lagu daerah, makanan, perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik.Orang-orang suku Ambon umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat. Profil tubuh mereka lebih atletis dibandingkan dengan suku lain di Indonesia dikarenakan aktifitas utama mereka merupakan aktifitas laut seperti berlayar dan berenang. Pendukung kebudayaan di Maluku terdriri dari ratusan sub suku, yang dapat diindikasikan dari pengguna bahasa lokal yang diketahui masih aktif dipergunakan sebanyak 117 dari jumlah bahasa lokal yang pernah ada. Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik yang multikultur, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan nilai budaya sebagai representasi kolektif. Salah satunya adalah filosofi Siwa lima yang selama ini telah melembaga sebagai cara pandang masyarakat tentang kehidupan bersama dalam kepelbagaian. Di dalam filosofi ini, terkandung berbagai pranata yang memiliki nlai umum dan dapat ditemukan diseluruh wilayah Maluku.
B. SISTEM BUDAYA
Sistem budaya masyarakat Maluku diberi wadahsebagai berikut:
1. Pela
Pela adalah mata rantai penghubung yang terkuat antara masyarakat Muslim dan masyarakat Kristen; dan satu-satunya lembaga tradisional yang mengharuskan adanya kontak teratur antara dua kelompok di tingkat desa, dan dalam pela inti persaudaraan diuji secara berkala.
a) Pengertian Pela
Pela berasal dari kata "pila" yang berarti "buatlah sesuatu untuk bersama".Sedangkan bila ditambah dengan akhiran–"tu" menjadi "pilatu", artinyamenguatkan usaha agar tidak mudah rusuh atau pecah. Hubungan pela ini biasanya terjadi karena adanya peristiwa yang melibatkan kedua kepala kampung atau desa dalam rangka saling membantu.
b) Jenis–Jenis Pela
1) Pela Keras (atau Pela Minum Darah, Pela Tuni , Pela Batukarang)
Dikatakan demikian karena pela ini ditetapkan melalui sumpah para leluhur kedua belah pihak dengan cara minum darah yang diambil dari jari-jari mereka yang dicampur dengan minuman keras lokal dari satu gelas. Hal ini mematerikan sumpah persaudaraan untuk selama-lamanya. Anggota pela ini dituntut untuk tidak saling menikah dan saling membantu atau memikul beban.
2)Pela Lunak ( Pela Tempat Sirih)
Jenis Pela ini diikat dengan makan sirih pinang bersama. Ikatan Pela ini terjadi karena bertemu dalam situasi untuk saling membantu, misalnya saat terjadi bencana alam, pembangunan masjid, gereja, dan sekolah. Dalam pela ini tidak dilarang untuk menikah sesama anggota pela.
3)Pela Ade Kaka (Pela Gandong)
Jenis pela ini umumnya merupakan hasil pertemuan kembali antara adik-kakak yang berpencar dan telah membentuk kampung sendiri antara kampung yang beragama Islam dan kampung yang be-ragama Kristen. Pela ini biasanya dikenal dengan nama Pela Gandong.
4)Panas Pela
Panas Pela adalah suatu kegiatan yang dilakukan setiap tahun antara desa yang telah sama-sama mengangkat sumpah dalam ikatan pela untuk mengenang kembali peristiwa angkat pela yang terjadi pada awalnya.C. UNSUR KEBUDAYAAN
1. BAHASA
Pada umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Melayu, yang berasal dari Indonesia bagian Barat, dan telah berabad-abad menjadi bahasa antar suku di seluruh Kepulauan Nusantara. Sebelum bangsa Portugis menginjakkan kakinya di Ternate (tahun 1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipakai sebagai bahasa perdagangan.2. KESENIAN
- Rumah Adat- Pakaian Tradisional
Kaum wanita menggunakan baju cele yakni sejenis kebaya berlengan pendek, bagian leher ke arah dada terbelah sepanjang 15 cm tanpa kancing. Sementara itu para pria Ambon mengenakan busana yang terdiri atas baju kurung lengan pendek dan tidak berkancing, dilengkapi dengan celana kartou, yakni celana yang pada bagian atasnya terdapat tali yang dapat ditarik dan diikatkan.
- Makanan Tradisional
Papeda terbuat dari bubur sagu yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Namun papeda dapat juga dikombinasikan dengan ikan gabus, kakap merah, ataupun ikan kue. Papeda ini memiliki tekstur lengket dan rasanya tawar. Papeda enak disantap saat masih panas. Cara menyantapnyatidak menggunakan sendok melainkan langsung diseruput dari piringnya.
- Senjata Tradisional
Parang Salawaku adalah sepasang senjata tradisional dari Maluku. Parang Salawaku terdiri dari Parang (pisau panjang) dan Salawaku (perisai) yang pada masa lalu adalah senjata yang digunakan untuk berperang. Di lambang pemerintah kota Ambon, dapat dijumpai pula Parang Salawaku. Bagi masyarakat Maluku, Parang dan Salawaku adalah simbol kemerdekan rakyat.
- Alat Musik Tradisional
Tifa terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Gendang berasal dari kebudayaan Indo Cina Kuno, kemudian menyebar ke daerah bersamaan dengan migrasi leluhur Maluku. Hawaian Alat musik ini terbuat dari kayu dan logam. Hawaian termasuk alat musik non tradisional yang terbuat dari kayu dan mempergunakan aliran listrik sehingga fungsinya sama dengan gitar listrik. Totobuang berasal dari kata tetabuhan yang dalam terminologi bahasa Jawa berarti bermain gamelan. Suling melintang sangat terkenal di daerah Maluku dengan nama Floit. Alat musik ini dimainkan lebih dari 30 orang dalam bentuk akord suara 1,2,3,4. Jukulele adalah alat musik tradisional yang dapat ditemui di Provinsi Maluku. Jukulele merupakan salah satu alat musik yang berasal dari Portugis dan telah dipergunakan oleh masyarakat Maluku sejak abad 15. Tahuri adalah alat musik dan komunikasi yang dikenal didaerah pesisir kepulauan Maluku. Alat musik ini terbuat dari kulit kerang dan dibunyikan dengan cara ditiup.
- Tari Tradisional
Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup). Para penari pria biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai). Kostum yang dikenakan berwarna merah yang melambangkan kepahla-wanan, keberanian, dan patriotisme.
Sumber :
Lidya, Rinasa. "Budaya Nusantara - Budaya Ambon". 09 Maret 2017. https://www.academia.edu/30338243/Budaya_Nusantara_-_Budaya_Ambon
Damara, Ambrozka Ogilvy. "Kebudayaan Ambon". 09 Maret 2017. https://www.scribd.com/doc/47083111/Kebudayaan-Ambon
Komentar
Posting Komentar